Punya hobi mancing? Anda tidak menyesal bila mencobanya di Perairan Tolitoli. Pengakuan Tolitoli sebagai sorga mancing di Timur Indonesia, tidak perlu anda meragukannya. Fakta-fakta menunjukkan, berbagai jenis ikan akan bisa menguras tenaga anda bila menemukannya. Seorang pengusaha lokal di sana, sudah mengimvestasikannya untuk anda yang punya hobi mancing. Atau sekadar ingin mencobanya, usaha atau fasilitas yang disiapkan kapal mancing dijamin tidak mengecewakan anda. Tunggu apalagi, 2020 di depan mata. Jadwal mancing anda sudah tersusun, Tolitoli menantang anda mancing mania. Puan
Alasannews.com--Pantai wainitu yang dulu terkesan kumuh kini menjelma menjadi pantai yang indah dan digunakan sabagai kawasan wisata dan destinasi digital baru di kota Ambon.
Setelah diresmikan oleh menteri keuangan Sri Mulyani Indrawati dan menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Rabu (9/1/2018).
Awalnya pantai wainitu sepanjang 1.451 meter tersebut dimaksudkan untuk menjaga garis pantai dari abrasi dan erosi, sekaligus untuk mendukung pengembangan Ambon water front city di zona 9. Menurut Basuki, pengembangan pengamanan pantai wainitu sepanjang 1.451 meter. Dilakukan oleh Balai wilayah sungau (BWS) Maluku, Ditjen sumber daya air secara bertahap dari tahun 2013-2015.
Kemudian , pembangunan pengembangan pantai dilanjutkan dengan penataan kawasan wainitu dilakukan oleh Ditjen cipta karya pada tahun 2018 dengan anggaran Rp 11,3 miliar. Hasilnya, di sepanjang pantai dibangun Landmark jalur pejalan kaki sepanjang 350 meter, lapangan futsal dan volley, jembatan, tempat bermain anak dan kawasan taman. Selain itu dilengkapi oleh lampu penerangan, tempat sampah dan gazebo.
Hal hasil perubahan wajah pantai wainitu saat ini sangat menarik. Warga kota Ambon memanfaatkan untuk menikmati suasana pantai hingga matahari terbenam. Selain itu banyak anak-anak yang memanfaatkan fasilitas bermain yang ada di lokasi tersebut. Taman bermain anak yang ada dilokasi tersebut berupa perosotan, ayunan dan jungkat-jungkit.
Selain itu difasilitasi tempat duduk yang mengarah langsung ke pantai. Oleh karena itu, tidak salah jika pantai wainitu menjadi objek wisata baru atau icon kota Ambon. Lokasi ini layak juga dimanfaatkan sebagai daerah tujuan wisata digital di kota Ambon. Sebab, bisa secara langsung menikmati view teluk Ambon yang menawan.
Bahkan, sejumlah youtuber kota Ambon sudah banyak yang mempromisikan pantai wainitu setara dengan pantai losari di makassar. Begitu juga sejumlah remaja dan warga kota Ambon sudah mengupload foto-foto mereka saat menikmati suasana malam maupun siang hari di pantai wainitu.
Nadia Rahmawati
Alasannews.com | Akhir pekan ini kamu bisa menyaksikan bagaimana atraksi budaya Matànggaukan di PGB Tolitoli, Sulawesi Tengah.
Budaya Matnggauk merupakan salah satu budaya tertua suku Tolitoli. Matanggauk atau magauk merupakan prosesi pengangkatan atau penobatan raja atau pengakuan khalayak luas akan sang adanya raja.
Pantauan alasannews.com, atraksi budaya tertua kali ini dilaksanakan atas hari ulang tahun yang bertepatan dengan hutda kabupaten Tolitoli.
Atraksi budaya yang diikutkan dalam acara pemda berupa memamerkannya kepada khalayak akan keberadaan istana raja yang memang berkedudukan di Nalu--kelurahan nalu. Mau kemana kamu liburan, ayo luangkan waktu mwnghadirinya di PGB Tolitoli.
Apalagi, kamu yang belum menyaksikan prosesi Matanggauk itu. Di PGB kamu juga tidak hanya menyaksikan Festival budaya tertua di Tolitoli itu? Ada banyak.yang kamu bisa liat di sana.
Pemda tolitlli menghadirikan pameran pembangujan dari semua OPD. Festival ini digelar untuk menampilkan beragam budaya Tolitolo dalam sebuah parade seni budaya. Sesuai namanya themanya.
Sabtu siang hingga malam tak hanya tradisi khas Tolitoli saja yang hadir. Budaya kabupaten berbagai suku yang hidup harmonis di kabupaten ini pun di pentaskan, seperti budaya bugis, gorontalo, buol, mandar hingga Bali dan Jawa.
Sejumlah warga yang dimintai pendapatnya mengatakan, semestinya festifal PGB di patenkan seriap tahun agar bisa menjadi event pariwisata yang permanen setiap akhir tahun. Bila event ini permanen, niscaya akan memiliki nilai tambah baik aspek ekonomi maupun aspek promosi ke dunia luar akan keberagaman budaya yang hidup di tolitoli.
Karena berdasarkan catatan media ini, Tolitoli belum memiliki agenda wisata yang permanen yang terencana sistematik dengan baik.
Puan
ANcom-Selayar | Pulau Latondu, Kecamatan Takabonerate, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi-Selatan, kembali digadang-gadang dan dipersiapkan sebagai tuan rumah penyelenggaraan event festival Takabonerate 2019, salah satu event wisata bertaraf nasional yang tercatat secara resmi dalam deretan 100 wondoerfull event, Kenenterian Pariwisata Republik Indonesia.
Berbagai bentuk kearifan lokal dan tradisi kehidupan keseharian masyarakat Pulau Latondu akan menjadi target kegiatan explorer potensi yang dikemas dinas pariwisata melalui paket land tour.
Kegiatan explorer potensi yang dikemas dalam paket land tour, rencananya akan difokuskan pada pengambilan gambar dan liputan keanekaragaman tradisi kehidupan keseharian masyarakat Pulau Latondu, dan bentuk-betuk kearifan lokal budaya lainnya yang terdapat di wilayah administratif pemerintahan Desa Latondu.
Peserta land tour akan ‘digiring’ untuk menyaksikan dari dekat rangkaian prosesi, pengolahan minyak kelapa tradisional, tradisi menggoreng pisang di pingir pantai, tradisi anyogoro, pembuatan atap daun kelapa, dan tradisi angngatti-ngatti kerap dilakukan warga saat air laut sedang surut.
Sebuah bentuk tradisi keseharian yang rutin dilakukan untuk mendulang rupiah dan mencari tambahan rezeki dengan memanfaatkan situasi, pasang-surut air laut. Suasana air laut yang sedang surut dijadikan kesempatan ‘emas’ oleh warga untuk ‘berburu’ dan engumpulkan beraneka ragam jenis kerang laut yang terkadang terselip di balik rerimbunan padang lamun.
Kerang laut sejenis kima, gempang, siholung, biri-biri dan bimba yang telah dikumpulkan langsung dibersihkan untuk selanjutnya, di jual ke pasar, atau tetangga terdekat. Sementara sisanya, dijadikan sebagai hidangan untuk keluarga.
Bila sedang beruntung, dan bernasib mujur, masyarakat bahkan tak jarang membawa pulang kepiting, dan berbagai jenis ikan yang secara kebetulan, ‘terjebak’ di sela-sela padang lamun dan tidak sempat kembali habitat awalnya.
Satu hal yang menarik dari rutinitas angngatti-ngatti atau aktivitas mencari kerang yang biasa dilakukan oleh warga masyarakat pesisir pantai, karena aktivitas ini tak hanya melibatkan orang dewasa. Akan tetapi, anak-anak di bawah umur pun ikut mengandrungi kegiatan yang sudah mengakar dari generasi ke generasi di Pulau Selayar ini.
Sebagai rangkaian akhir kegiatan petualangan, pengunjung juga dimungkinkan untuk duduk bersama dengan warga masyarakat lokal setempat, sembari menikmati suguhan nasi santan dan beraneka ragam jenis ikan yang diperoleh daei rangkaian tradisi Assulo, atau berburu ikan di malam hari dengan menggunakan perlengkapan sarakka atau tombak dengan bantuan penerangan lampu strongkeng atau cahaya senter kepala seadanya.
Tradisi Assulo, biasanya dilakukan oleh warga masyarakat lokal, saat air laut sedang surut di malam hari. (fadly syarif)
BALI -- Surga bukanlah sebuah mimpi. Keduanya dapat dapat dirasakan bila berada di Bali
Kebetulan di Pulau Dewata itu, surga dan mimpi jadi kesatuan pada sebuah bungalow yang asri, dikelilingi hijaunya dedaunan.
Desiran anginnya, membuat mata terkatup perlahan, menuju mega-mega hingga terdampar di Surga, sebuah kawasan di Bali, tak jauh dari kawasan Pantai Kuta, tepatnya di kawasan Jl Pompies
Bungalow Mimpi, memang tepat berada di Jalan Surga, menjadi ikon bunglow tersebut.
Dikelilingi berbagai pohon melati, kamboja yang rindang, membuat keasrianya makin lengkap diiringi merdunya suara kicauan burung. Teduh dan nyaman.
Desiran angin, kicauan burung membuat para pelancong betah menikmati Bungalow Mimpi di, berleha-leha memanjakan tubuh.
"Saya terasa terpesona dengan sentuhan alam Bungalow Mimpi yang penuh dengan hamparan bunga yang memerah dan merekah. Tinggal di Bungalow Mimpi membawa kesan menarik dan tidak terlupakan," kata Muti, karyawan yang sedang berlibur di Kuta, Bali.
Gadis manis ini juga dapat merasa dekat dengan gelombang laut Pantai Kute yang indah dan mempesona, menambah nikmatanya alam ketika duduk di pasir putih indah di pagi hari.
Perasaan sama dirasakan Taufik Rahman, pengusaha yang datang dari Jakarta selalu memilih Bungalow Mimpi saat berlibur ke Bali.
"Alam asrinya itu tak terlupakan," ujar Taufiq Rachman.
Selain itu, Bungalow Mimpi cocok buat keluarga yang yang melakukan perjalanan ke Bali. " Ayo kita tinggal di Bungalow Mimpi," ajak Taufiq Rahman yang menilai Bungalow Mimpi dekat dengan Pantai Kuta. Dengan berjalan kaki beberapa ratus meter wisatawan langsung menikmati pasir putih dan deburan ombak pantai Kuta. Lagipula harganya terjangkau, tidak mengecewakan karena pelayanan kamar dan karyawan cukup baik dan ramah.
Jro I Made Saputra Karang pemilik Bungalow Mimpi ketika ngobrol dengan media PWO sengaja mendisain Bungalow Mimpi dengan suasana alam segar untuk memberi kenikmatan alam Bali yang benar-benar asli.
"Bahkan Bungalow Mimpi sengaja di disain dengan kareteristik adat dan budaya Bali supaya suasana kearifan lokalnya bisa didapatkan di Bungalow Mimpi," ujar Jro I Made Saputra Karang sambil menikmati kopi Bali dan santai di kolam renang, dan pendopo Bungalow Mimpi.
Jro I Made Saputra Karang yang juga Dewan Pembina Perhimpunan Hotel Republik Indonesia (PHRI) mendisiain Bungalow miliknya juga menopang kebijakan pengembangan pariwisata Bali.
"Kami juga mencoba memberi kepuasan pelayanan semua hotel dan bungalow agar memberi nilai tambah baik kepada turis lokal maupun mancanegara (Binsar/Putri)
DESTYNASI air terjun, merupakan salah satu potensi wisata Tolitoli, Sulawesi Tengah yang boleh dikata belum terjamah. Padahal, datang berlibur di akhir pekan di area air terjun sudah pasti bisa membuat kita fres dan sebagai sarana melepas kebisingan dan kesibukan selama sepekan.
Redaksi alasannews.com, pagi ini merekomendasikan beberapa lokasi air terjun hasil rekaman kamera amiruddin rahman. Setidaknya, tiga air air terjun yaitu di Galang, Basiodondo dan Lampasio.
Air terjun Batu Meelam (batu merah) di Desa Ogomatanang, Kecamatan Lampasio merupakan satu-satu objek wisata di desa itu yang saban minggi mendapat kunjungan. Dari kota Tolitoli sekitar 30 menit dengan roda empat.
Tempat ini, oleh pemerintah desa setempat mulai dibenahi dengan menyiapkan McK dan dego-dego untuk anda bisa eristirahat sambil menikmati menu tentu bawaan sendiri. Sepintas, sudah ditata, namun keaslian alamnya tetap terjaga.
Lain hal dengan air terjun Batu Napak di Desa Labonu Kecamatan Basidondo, masih alami dan mulai didatangi orang setiap akhir pekan. Letaknya sekitar 500 metr dari jalan raya. Di sini ada dua air terjun dengan ketinggi berbeda. 7 meter dan 14 meter. Belum ada fasilitas, gemuruh air dan kicau burung di sini aslinya.
Kemudian di air terjun di Malangga, Kecamatan Galang. Desa ini, memiliki empat air terjun. Ada yang bisa dijangkau dengan naik kendaraan trail roda dua, ada juga yang jalan kaki menelusuri hutan dan sungai sampai 10 jam lamanya.
Ingin berpetualang dengan alam hutan, ke air terjun di bagian Timur Malangga tempatnya. Dengan ketinggian sekitar 60 meter, membuat lokasi sekitar penuh dengan suara gemuruh air. Mengasyikkan bukan, tapi jika ke sini harus ada persiapan. Persiapan fisik karena harus jalan kaki dan persiapan bekal untuk tidak kelaparan.
Medan yang menantang, membuat air terjun ini jarang di kunjungi orang, kata amiruddin.
Orang menyebut, ini adalah air terjun si Mae mae. Diambil dari bahasa Dondo yang artinya di atas (jauh).
Bagaimana dengan Anda?
Puan
alasan travel:amiruddin rahman
Alasannews--Paleleh (Buol) Mmelihat kekayaan wisata bahari paling Utara Provinsi Sulawesi Tengah. Pulau panjang di Peleleh dan pulau lesman, dua tempat yang memiliki kelebihan bila anda pecinta pantai.
Sisi lain Sulawesi Tengah paling Utara ini, bisa menyegarkan mataLiburan akhir pekan memang paling cocok dihabiskan di sini. Pergilah ke Paleleh, Buol yang miliki udata segar dan menyegarkan mata.
Foto: pantai udang merah di Dondo
BAGI Anda yang suka liburan akhir pekan dengan suasana pantai, di sekitar Kota Tolitoli ada beberapa tempat yang bisa buat anda sekeluarga. Tempatnya tidak jauh dari pusat kota antara 30 sampai 1,5 jam bisa.
Selain bisa menikmati udara segara suasana pantai, di sana juga tersedia menu ala kampung, yang diracik secara profesioanl tampak bersih dan sehat.
PANTAI SABANG
Pantai sabang (foto (amiruddin rahman)
PANTAI LALOS
PANTAI TUBELE
Pantai Niug Tubele Kalangkangan (foto Amiruddin Rahman)
PULAU GOPAS
Pantai gopas (kapas) foto: amiruddin rahman
PANTAI TARAGUSUNG
FIJAR (LALOS)
Alasannews.com, Cardiff | Sebuah kursi pantai di Inggris dilelang senilai Rp 8,7 miliar. Ada alasan kenapa harganya begitu fantastis.
Sekilas tidak tampak sesuatu yang spesial pada sebuah kursi pantai kayu yang bernama 'The Cabin.' Namun, kursi itu merupakan satu-satunya peninggalan dari rumah kayu populer 'The Cabin' yang berada di tepi tebing Wales, Inggris.
Yang membuatnya istimewa adalah posisi kursi pantai itu yang langsung menghadap objek wisata Three Cliffs Bay. Dikumpulkan detikcom dari berbagai sumber, Rabu (18/9/2019), objek wisata Three Cliffs Bay sendiri didapuk sebagai lokasi piknik terbaik seperti diberitakan media The Sun, tulis detiktravel.
"The Cabin hanya berjarak selemparan batu dari pantai pemenang penghargaan Three Cliffs Bay dan berjarak dekat Pesisir Gower dan daerah pedesaan," ujar juru bicara real estate Fine and Country.
Mundur ke belakang, 'The Cabin' pertama kali dibangun tahun 1959. Namun, keberadaannya jadi tak terurus ketika pemiliknya meninggal. Kursi pantai yang dijual itu pun merupakan bagian dari pondokan yang telah ada sejak 50 tahun lalu dan dihancurkan tahun 2015 silam.
Kabar terakhir, bangku pantai ikonik itu akan dilelang di Marriot Hotel Swansea Marina senilai 500.000 Poundsterling atau sekitar Rp 8,7 miliar pada dua Oktober 2019 mendatang.
Harganya memang sedikit fantastis untuk ukuran sebuah kursi pantai. Hanya saja, harga itu sudah termasuk izin untuk membangun properti di bekas lokasi The Cabin seperti diberitakan media Daily Mail.
PUAN
Alasannews.com, Tolitoli | Bupati Tolitoli, Moh Saleh Bantilan, isyaratkan Resort di Libutan Gopas, Kecamatan Dakopemean segera dibangun. Resort bertaraf international itu, menyahuti keinginan daerah destynasi dunia.
Dalam grup khusus Adat Matanggauk, Alek sapaan akrab Moh Saleh Bantilan mengupload gambar rencana pengembangan Libutan Gopas--pulau Kapas--menjadi objek wisata berkelas.
Tanpa merinci apa saja fasilitas yang akan dibangun di area tersebut, tapi tampak Libutan Gopas akan menjadi kawasan yang lengkap akan fasilitas untuk bisa me jadi pilihan wisatawan dari mamca negara.
Libutan Gopas, merupakan salah satu pulau terdekat dengan daratan yamg dimiliki Kabupaten Tolitoli. Ada bangan pulau seperti di Sabang, Lutungan yang juga dalam pengembangan menjadi objek wisata yang handal.
Tolitoli, selain mengembangkan wisata alam, wisata Budaya juga menjadi andalan yang di pusatkan di Kampung Nalu--Kel Nalu--dengan beberapa objeknya seperti Balre Masigi, Masjid Raja dan Pantai Gaukan Bantilan serta area Mangrove Tanjung Tolitoli.
(puan)
AlasannewsTravel, Tolitoli | Biasanya, melakukan MTMA hanya orang-orang profesional atau terlatih. Paling tidak, memahi kondisi alam dan tau bagaimana amannya dirinya sendiri. Tapi, bahi anak-anak suku pedalaman Oyom, Lampasio Tolitoli ini tidak memperdulikan itu.
Mereka asik saja bercengkerama dengan air sebagai alam mereka. Seru deh menyaksika gaya dan tingka mereka. Polos tanpa penga,an sebagaimana orang melakuka, My Trip My Adventure.
Pemadandangan keseharian di desa Oyom ini, biasa mereka anak-anak paruh baya itu melakukan jelang mata hari senja.
Tempat ini merupakan salah satu Dusun di Desa Oyom Kecamatan Lampasio, Tolitoli Sulawesi Tengah. Dusun ini dihuni kebanyakan suku Dondo, sebagaimana dusun lainnya di desa tersebut.
Anak-anak paruh baya ini dengan lincah dan cekatan, dan ini merupakan mainan mereka sstiap pulang sekolah, kata Amir salah seorang warga di dusun tersebut. Mirip MTMA...inilah MTMA Ala Anak Kampung, ujar stap Pariwisata Tolitoli.
Sementara, objek wisata lain di Pantai Lalos, Galang Tolitoli menawarka deru ombak dan Sun Set. Tempat, merupakan paling pavorit dikunjungi warga sstiap akhir pekan.
Bermain di ombak dengan pasir dan airnya yang bersih, tempat menjadi primadona kebanyakan wisatawan lokal Kota Cengkeh, Tolitoli. 12 Km dati kota cengkeh, bisa dtempuh dalam waktu 15 sampai 20 menit.
Sedang sore hari, pemandangan yang menakjubkan adalah sun set. Matahati terbenam merupakan panorama alam yang luar biasa di pantai ini. Seperti kata Bupati Tolitoli, Moh Saleh Bantilan, matahari persis terlihat rata dengan air pulul 18.00.
Kedua tempat itu, bisa menjadi pilihan anda pada liburan akhir pekan. Bagaimana, tinggal pilih!.(puan)
Alasannews.com, Tolitoli | Gaharu atau pohon gaharu, tidak hanya untuk bahan baku parfum atau wewangi (dupa). Di Tolitoli, Sulawesi Tengah, gaharu bisa dijumpai di hutan-hutan. Namun jumlahnya sangat jarang, bahkan sudah punah. Itulah dalam sepuluh tahun tetakhir, meski tidak tidak kontinyu, pemerintah kabupaten membagikan bibit gaharu kepada petani/kelompok tani.
Upaya ini dilakukan, salah hasil studi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) yang difasilitasi dinas terkait beberapa waktu lalu merekomendasikan Gaharu bisa dikembangkan di Tolitoli, selain tanaman cengkeh dan kopi.
Tidak hanya upaya pemerintah menjadikan tanaman gahatu sebagai komoditi Tolitoli, petani atau masyarakat yang paham pun sudah melakukannya secara mandiri. Alhasil, beberapa upaya ini sudah mulai membuahkan hasil. Seperti di salah satu Dusun namanya Lembah.
Tanaman gaharu disini sudah dibudiyakan sekitar 20 tahunan. Sekarang, pohin gaharu tersebut oleh pemilik diracik menjadi minuman beraroma tinggi dan menggoda selera penikmat teh. "Gaharu di sini, di kebun ini oleh warga diracik menjadi minuman teh," ungkap Amirudin Rahman, ketika mendampingi turis peserta Yacht Rally dari manca negara, Rabu (4/9/2019).
Staf dinas pariwisata Tolitoli ini menyebut, turis-turis itu menikmatinya dengan penuh selera. Di baeah pohon dengan udara yang bersi dan sehat, Amirudin menggambarkan perjalannya di akun sosial sebahai suatu muzijat Tolitoli, gaharu sudah mulai menghasilkan.
Berikut kutipan Amirudin di akun FBnya:
GAlasannews.com, Ciamis-Jabar | Suatu saat di pagi yang indah, Tim dari DPP Gerakan Nasional Pecinta Pariwisata Indonesia (GENPPARI) mengunjungi Desa Wisata Wanasigra – Ciamis, yang berbatasan dengan kota Tasikmalaya. Sesampainya di lokasi tempat yang pertama kali dikunjungi adalah menemui Kepala Desa Wanasigra, yang juga ditemani oleh Kepala Dusun dan Abah Eko.
Di tempat tersebut Tim GENPPARI disambut hangat dan akrab oleh jajaran aparat Pemerintah Desa yang ramah – ramah penuh nuansa kekeluargaan. Setelah menyampaikan maksud dan tujuan kunjungan, lalu disambut prakata dari Kepala Desa yang memaparkan gambaran tentang penataaan desa Wanasigra sebagai Desa Wisata. Terlebih di lokasi tersebut juga ada situs sejarah dan budaya yang bernama situs Gandoang.
Rabu pagi (4/9) di Jakarta, Dede Farhan Aulawi selaku Ketua Umum GENPPARI berkenan menjawab beberapa pertanyaan yang disampaikan oleh media terkait kunjungannya ke desa Wanasigra. Dede menyampaikan rasa bangga dan kagum pada semangat Kepala Desa yang didukung oleh segenap masyarakatnya dalam menata desa yang indah dan subur ini agar menjadi salah satu desa tujuan wisata. Hal ini juga senafas dengan cita – cita luhur yang dimiliki GENPPARI dalam memajukan pariwisata Indonesia.
Pada kesempatan tersebut Dede juga berpesan untuk senantiasa menjaga kebersihan lingkungan, karena salah satu masalah krusial dalam pengembangan pariwisata Indonesia adalah kesadaran kolektif masyarakat dalam menjaga kebersihan. Namun, GENPPARI bangga dengan Desa Wanasigra dimana kebersihan lingkungannya benar – benar dijaga, bahkan ditata menjadi sangat indah.
“ Ornamen keindahan alam ini adalah anugerah Allah yang harus dijaga. Ini adalah amanah buat seluruh masyarakat sebagai bagian dari rasa syukur kita," ucap Dede.
Selanjutnya tim GENPPARI juga diajak berjalan menelusuri jalan setapak yang ditata rapi di sepanjang pematang sawah yang juga di cat warna-warni seperti pelangi, sehingga jalan ini berubah nama menjadi Jembatan Pelangi Desa Wanasigra.
“ Tidak banyak Kepala Desa yang kreatif seperti ini. Jika semua Kepala Desa di Indonesia seperti ini, maka yakin Indonesia akan cepat maju dan jaya serta rakyatnya bisa sejahtera," puji Dede pada Kepala Desa.
Dari Jembatan Pelangi, selanjutnya Tim menuju situs Gandoang yang terkenal dan banyak menjadi bahan pembicaraan masyarakat priangan. Di lokasi tersebut Tim memanjatkan do’a kepada Alloh SWT untuk seluruh leluhur yang dimakamkan di lokasi tersebut. Dan di lokasi ini pula Kepala Dusun menjelaskan secara lengkap dan detail segala hal terkait dengan situs sejarah dan budaya tersebut. Termasuk keberadaan sebuah buku 36 halaman berisi naskah yang ditulis dengan huruf dan bahasa kuno, yang menguraikan tentang sejarah Wanasigra dan hal – hal lain yang belum bisa diartikan sepenuhnya karena keterbatasan ilmu yang dimiliki. Di situs Gandoang ini ada prasasti dan makam Syekh Padamatang seorang pemuka agama Islam.
“ Semoga situs sejarah dan budaya ini bisa tetap terjaga dan bisa dilestarikan sehingga bisa dikenal juga oleh generasi selanjutnya “, harap Dede.
Lalu sebelum mengakhiri kunjungan, Tim GENPPARI juga menelusuri sungai Citanduy yang rencananya akan ditata untuk lokasi wisata arung jeram, sehingga lokasi ini menjadi perpaduan wisata alam, wisata budaya dan spiritual, juga wisata hiburan. Lengkaplah Desa Wanasigra menjadi desa wisata 3 in 1. Silakan bagi yang belum pernah berkunjung ke sini, anda akanmenemukan sensasi keindahan yang begitu lengkap. Mampu menghilangkan dahaga akan keindahan alam yang bermuara pada rasa syukur kita pada Tuhan.(puan)