"Ya, saya datang langsung untuk melihat kondisi masyarakat dan lokasi yang terdampak. Banyak yang masih perlu perhatian serius," ujar Longki saat disambut hangat oleh Kepala Kantor ATR/BPN Sigi, Zuwahir, beserta jajarannya pada Selasa (8/4).
Sebelum ke Sigi, Longki juga sempat meninjau Desa Bangga, salah satu desa yang baru-baru ini dilanda banjir bandang besar dan menyebabkan hilangnya beberapa pemukiman. "Bencana datang silih berganti, masyarakat harus tetap kita dampingi," tambahnya.
Di kantor BPN Sigi, Longki berdiskusi intens soal sengketa tanah yang masih menjadi persoalan utama pascabencana. Ia menegaskan bahwa salah satu fokus kunjungannya kali ini adalah menggali akar persoalan agraria yang belum terselesaikan hingga kini.
“Pada 15 April nanti, saya akan bertemu langsung dengan Bupati Sigi, Rizal Injenae, untuk membahas menyeluruh berbagai persoalan di daerah ini, termasuk yang berkaitan dengan pertanahan,” ungkapnya.
Tak hanya berhenti di kantor, Longki bersama Kepala BPN Sigi langsung turun ke lapangan, meninjau beberapa lokasi hunian tetap (huntap). Di Desa Sibalaya, ia menyaksikan langsung fenomena unik—tanah warga yang bergeser akibat likuefaksi. Tanah seluas 70 hektare yang dulunya berada di sebelah kiri jalan, kini berpindah ke kanan jalan.
“Ini tidak bisa langsung diklaim milik warga. Titik koordinatnya sudah hilang, jadi butuh musyawarah dan pendekatan menyeluruh agar tidak menimbulkan konflik baru,” tegas Zuwahir, Kepala BPN Sigi.
Kunjungan ini menjadi bukti keseriusan Longki Djanggola dalam menyerap aspirasi dan memperjuangkan solusi nyata di wilayah terdampak bencana. Ia pun berjanji akan membawa persoalan-persoalan ini ke tingkat pusat agar mendapat perhatian dan penanganan cepat.
Dengan komitmen seperti ini, masyarakat Sigi boleh berharap, tidak hanya mendapat perhatian sesaat, tapi juga jalan keluar jangka panjang yang berkeadilan.***
