ALASANnews TOLITOLI – Desa Pagaitan, yang sebelumnya dikenal sebagai Desa Kamalu, kini menjadi salah satu desa definitif di Kecamatan Ogodeide, Kabupaten Tolitoli. Terletak di poros jalan penghubung antara Kecamatan Lampasio dan Ogodeide, desa ini memiliki peran strategis sebagai jalur utama antarwilayah.
Dengan jumlah penduduk mencapai 805 jiwa dari 205 kepala keluarga (KK), Desa Pagaitan dihuni oleh masyarakat dengan latar belakang etnis yang beragam. Warga asli yang berasal dari etnis Dondo dan Bugis hidup berdampingan dengan para transmigran dari Bali dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Keberagaman ini justru menjadi kekuatan bagi desa, menciptakan kehidupan yang harmonis dalam semangat kebersamaan dan gotong royong.
Dari Sawah ke Perkebunan
Dahulu, lahan pertanian di Desa Pagaitan didominasi oleh persawahan yang mencapai luas sekitar 150 hektare. Namun, seiring berjalannya waktu, keterbatasan air dan sistem drainase yang kurang optimal menyebabkan banyak sawah tidak bisa lagi diandalkan untuk produksi padi.
“Kami dulu mengandalkan sawah untuk kebutuhan pangan, tapi karena kurangnya air dan sistem drainase yang tidak memadai, banyak lahan yang akhirnya dialihfungsikan,” ujar salah satu petani setempat.
Kini, sebagian besar lahan pertanian di Desa Pagaitan telah berubah menjadi perkebunan jagung, cokelat, dan kelapa sawit. Pergeseran ini terjadi secara bertahap, mengikuti tren pertanian yang lebih adaptif terhadap kondisi alam yang ada.
Tanaman jagung menjadi pilihan utama bagi sebagian petani karena masa panennya yang relatif singkat dan perawatannya yang lebih mudah dibandingkan padi. Sementara itu, kebun cokelat mulai dikembangkan sebagai komoditas unggulan yang memiliki nilai jual tinggi. Perkebunan kelapa sawit juga semakin luas, mengingat hasilnya yang menjanjikan di pasar lokal maupun nasional.
Kepemimpinan yang Berkelanjutan
Sejak ditetapkan sebagai desa definitif, Pagaitan telah mengalami enam kali pergantian kepala desa. Setiap pemimpin memiliki tantangan tersendiri dalam membawa desa ini ke arah yang lebih baik.
Tantangan utama yang masih dihadapi saat ini adalah peningkatan infrastruktur dan aksesibilitas. Meskipun desa ini berada di jalur utama penghubung antar-kecamatan, beberapa fasilitas umum seperti jalan, irigasi, dan jaringan listrik masih membutuhkan perhatian lebih dari pemerintah daerah.
“Kami berharap ada dukungan lebih dari pemerintah, terutama dalam perbaikan infrastruktur dan pengelolaan sumber daya air agar pertanian bisa lebih produktif,” ujar seorang tokoh masyarakat setempat.
Selain itu, sektor pendidikan dan kesehatan juga menjadi perhatian utama bagi warga. Akses terhadap fasilitas kesehatan masih terbatas, sehingga warga harus menempuh perjalanan cukup jauh ke pusat kecamatan untuk mendapatkan pelayanan medis yang memadai.
Potensi dan Harapan ke Depan
Meskipun menghadapi berbagai tantangan, Desa Pagaitan memiliki potensi besar untuk berkembang. Lokasinya yang strategis dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan sektor ekonomi, baik melalui pengembangan pertanian, perdagangan, maupun sektor pariwisata berbasis kearifan lokal.
Selain itu, keharmonisan antarwarga yang telah terjalin selama bertahun-tahun menjadi modal sosial yang berharga. Budaya gotong royong masih sangat kuat, terlihat dari berbagai kegiatan bersama seperti pembangunan fasilitas umum dan perayaan adat yang melibatkan seluruh masyarakat tanpa memandang perbedaan etnis.
Ke depan, masyarakat Desa Pagaitan berharap adanya program pemberdayaan ekonomi berbasis pertanian dan perkebunan yang lebih intensif. Dengan dukungan pemerintah dan semangat warga yang tinggi, desa ini diyakini dapat terus berkembang menjadi desa yang lebih maju dan sejahtera.
Sebagai desa yang berdiri di persimpangan jalur penting, Pagaitan memiliki peluang besar untuk menjadi pusat ekonomi baru di wilayah Ogodeide. Tinggal bagaimana pemerintah dan masyarakat bersinergi untuk mewujudkan potensi tersebut menjadi kenyataan.
Laporan:wahyu/si