Pontianak, Alasannews.com – Pernyataan Ketua DPD Partai Golkar Kalimantan Barat, Maman Abdurahman, pada 9 September 2024 dalam acara Rakerda dan Rapimda Partai Golkar menuai kontroversi. Maman, yang menantang pihak-pihak yang merasa "Paling Dayak dan Paling Muslim," kini mendapat reaksi keras dari berbagai kalangan masyarakat, termasuk tokoh masyarakat Dayak di Kabupaten Sintang. Pernyataan Maman dianggap tidak beretika karena membawa-bawa isu suku dan agama dalam kontestasi politik menjelang Pilkada Kalbar 2024.
Baca juga: https://youtu.be/QNlnaFo4oMI?si=yifQ9UH-8KWfq7Y
Andreas, seorang tokoh masyarakat Dayak yang dikenal dengan nama Panglima Asap, menyampaikan pernyataan terbuka kepada publik dan sejumlah wartawan. Ia secara tegas menyatakan kekecewaannya terhadap Maman Abdurahman yang dinilainya telah mengusik ketenangan masyarakat Dayak, khususnya Dayak Ulu, dengan pernyataan yang provokatif. "Jangan bicara seperti itu di musim politik ini, karena bisa ditanggapi dengan makna yang bersayap," kata Panglima Asap dengan nada geram.
Panglima Asap mengecam keras penggunaan isu suku dan agama oleh Maman dalam pernyataannya. Meskipun Maman tidak menyebutkan secara eksplisit siapa yang dimaksud dalam tantangannya, Andreas menilai bahwa seorang anggota DPR RI seperti Maman seharusnya lebih berhati-hati dan menjaga etika dalam berbicara. Isu yang sensitif, seperti identitas suku dan agama, dapat memperburuk situasi politik dan menimbulkan gesekan di masyarakat.
"Sikap Maman tidak pantas, apalagi sebagai tokoh politik. Ia seharusnya memahami bahwa membawa-bawa isu SARA di tengah suasana politik yang panas seperti ini sangat berbahaya," tegas Panglima Asap.
Selain itu, Panglima Asap juga menyinggung masalah pencalonan Ria Norsan sebagai calon Gubernur Kalbar. Menurutnya, Maman Abdurahman telah berkhianat terhadap Partai Golkar dengan mencalonkan Sutarmidji, yang bukan kader Golkar, sebagai calon gubernur. Padahal, sebelumnya Maman pernah berjanji untuk mendukung Ria Norsan, seorang kader senior Golkar, untuk maju dalam Pilkada Kalbar 2024.
"Ria Norsan telah mengabdikan sebagian besar hidupnya untuk Partai Golkar, namun justru dikhianati oleh Maman Abdurahman yang lebih memilih Sutarmidji. Ini adalah bentuk pengkhianatan yang sangat menyakitkan bagi kami kader Golkar," ujar Andreas.
Ria Norsan akhirnya maju sebagai calon gubernur setelah mendapat rekomendasi dari PDIP, sementara Golkar di bawah kepemimpinan Maman memilih mengusung Sutarmidji.
Terkait janji politik Sutarmidji tentang pemekaran Provinsi Kapuas Raya, Andreas menyebutnya sebagai kebohongan. Janji Sutarmidji untuk membangun kantor gubernur dan DPRD Kapuas Raya pada tahun pertama kepemimpinannya belum terealisasi hingga kini. Andreas juga menyoroti masih buruknya infrastruktur jalan dan jembatan di daerah perhuluan Kalbar, termasuk di Sintang, yang belum mendapat perhatian serius dari pemerintah provinsi.
"Janji Sutarmidji soal Kapuas Raya hanya omong kosong. Maman Abdurahman tidak perlu mencari-cari alasan untuk membela Sutarmidji. Fakta di lapangan berbicara, banyak janji yang tidak dipenuhi," tambahnya.
Di akhir pernyataannya, Panglima Asap menghimbau agar Maman Abdurahman lebih bijaksana dalam berpolitik dan menjaga etika berbicara. Ia menekankan pentingnya menciptakan suasana politik yang sejuk dan damai menjelang Pilkada 2024 demi menjaga kedamaian masyarakat Kalimantan Barat.
"Maman harus berbicara dengan jujur dan objektif. Jangan hanya menonjolkan keberhasilan Sutarmidji, tapi juga akui kekurangan-kekurangannya. Jangan mencela pihak lain yang berbeda dukungan politik. Kita harus menciptakan suasana politik yang damai demi kebaikan bersama," tutup Panglima Asap.
Dy
(Tim Redaksi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar