ALASANnews -- Pagi itu, langit Palu tampak cerah, seolah memberkati perjalanan kami menuju Jakarta. Saya, seorang jurnalis yang sesekali menyelami dunia politik, sedang dalam perjalanan menghadiri Kongres Partai Amanat Nasional. Bersama saya, ada Abdul Halik, sekretaris, dan Moh Mubarack SH, Ketua Bidang Penggalangan Massa DPD PAN Tolitoli. Kami bertiga menaiki penerbangan Citilink dari Bandara Mutiara SIS Al-Jufri Palu menuju Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta.
Perjalanan yang memakan waktu sekitar 2 jam 15 menit ini dimulai dengan lancar. Kami berangkat lebih awal, menghindari keramaian di bandara yang biasa terjadi pada jam-jam sibuk. Meskipun harus bangun lebih pagi, semangat untuk melaksanakan tugas politik ini mengalahkan rasa kantuk yang masih tersisa.
Begitu pesawat mulai mengudara, pemandangan awan putih yang membentang di luar jendela menarik perhatian saya. Awan-awan itu terlihat seperti kapas, menggantung rendah di bawah sayap pesawat. Di dalam pesawat, suasana tenang, tanpa asap rokok yang mengganggu. Pramugari cantik yang menyapa ramah menambah kenyamanan perjalanan kami. Senyuman mereka, serta pelayanan yang hangat, membuat suasana penerbangan ini semakin menyenangkan. Rasanya, Citilink benar-benar memahami kebutuhan penumpang yang ingin menikmati perjalanan dengan nyaman.
Setelah pesawat mencapai ketinggian jelajah, makanan pun mulai disajikan. Saya memilih nasi daging habang, sebuah hidangan khas Kalimantan Selatan yang mengingatkan saya pada rumah. Rasanya yang gurih dan sedikit manis, dengan tekstur daging yang lembut, membuat saya sejenak melupakan jarak antara Palu dan Jakarta. Makanan ini, ditambah dengan pelayanan prima dari para awak kabin, membuat pengalaman penerbangan kali ini terasa istimewa.
Namun, sebagai seorang jurnalis, naluri saya untuk terus mengamati lingkungan sekitar tak pernah padam. Saya memandang keluar jendela, menikmati hamparan awan yang terbentang luas. Kadang-kadang, pesawat sedikit terguncang karena turbulensi ringan. Getaran ini seperti mengingatkan saya bahwa di balik kenyamanan ini, ada kekuatan alam yang mengendalikan segalanya.
Di tengah suasana tenang ini, pikiran saya mulai melayang pada tugas yang sedang kami emban. Sebagai seorang jurnalis yang juga terlibat dalam dunia politik, ada tantangan tersendiri dalam menjaga keseimbangan antara kedua peran tersebut. Di satu sisi, saya harus tetap objektif dalam melaporkan setiap peristiwa, namun di sisi lain, saya juga harus memegang teguh prinsip-prinsip politik yang saya anut. Kadang-kadang, hal ini terasa seperti berjalan di atas tali tipis, di mana setiap langkah harus diambil dengan hati-hati.
Rekan-rekan saya, Abdul Halik dan Moh Mubarack SH, duduk di sebelah saya, tampak sibuk dengan pikiran mereka sendiri. Kami tidak banyak berbicara, mungkin karena kelelahan atau mungkin karena masing-masing sedang merenungkan tugas yang menanti di Jakarta. Saya tahu, tugas kami di kongres nanti tidak akan mudah. Banyak hal yang perlu dibahas dan diputuskan demi kepentingan partai dan masyarakat.
Sambil menikmati hidangan di hadapan saya, saya teringat betapa pentingnya peran jurnalis dalam politik. Sebagai penyampai informasi, jurnalis memiliki tanggung jawab besar untuk menyampaikan fakta dengan jujur dan adil. Namun, ketika seorang jurnalis juga terlibat dalam politik, tantangan itu semakin berat. Bagaimana cara menjaga integritas dalam kedua peran tersebut? Bagaimana memastikan bahwa apa yang saya tulis dan laporkan tetap objektif, meskipun saya juga terlibat dalam proses pengambilan keputusan politik?
Pertanyaan-pertanyaan ini terus berputar di kepala saya saat pesawat kami melaju di atas hamparan awan. Sesekali, saya melihat ke arah penumpang lain yang sudah terlelap. Mereka mungkin merasa lelah karena harus bangun pagi-pagi untuk mengejar penerbangan ini. Saya sendiri merasakan kantuk yang perlahan datang, namun pikiran saya masih terus sibuk dengan berbagai hal.
Penerbangan ini tidak hanya menjadi perjalanan fisik dari Palu ke Jakarta, tetapi juga perjalanan pemikiran bagi saya. Dalam ketenangan kabin pesawat, saya merenungkan peran dan tanggung jawab saya sebagai seorang jurnalis sekaligus politikus. Di antara awan-awan yang menggantung di langit nusantara, saya menemukan kembali makna dari pekerjaan yang saya cintai ini. Sebuah perjalanan yang, meskipun singkat, membawa banyak pemikiran dan refleksi tentang tugas dan tanggung jawab yang saya emban.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar