Palu, Alasannews.com - Daerah Irigasi (DI) Gumbasa salah satu daerah irigasi yang sangat strategis dan cukup berperan untuk mengairi lahan pertanian pangan didua wilayah Kabupaten Sigi dan Kota Palu. Terletak di lembah Palu yang memanjang dari kaki hulu Sungai Gumbasa Kecamatan Gumbasa Kabupaten Sigi sepanjang air mengalir hingga Sungai Kawatuna di Kota Palu. Adanya irigasi ini selain penyangga stabilitas pangan juga akan memberi kemakmuran bagi petani dilembah Palu.
Daerah Irigasi Gumbasa secara administratif mengairi di wilayah 5 Kecamatan yang berada di Lembah Palu baik di Kabupaten Sigi dan Kota Palu yaitu Kecamatan Gumbasa, Tanambulaya, Dolo, Sigi Biromaru dan Palu Selatan, yang memiliki luas irigasi potensial 8.180 ha.
Terjadinya peristiwa bencana nasional gempa likuefaksi yang melanda Kota Palu dan Kabupaten Sigi 5 tahun silam tepatnya 28 September 2018 berdampak bagi aktifitas Daerah Irigasi Gumbasa karena mengalami rusak berat dan mencapai sekitar 50 persen sehingga lahan pertanian fakum ketitik nol tak bisa ditanami.
Kepala BWSS III Sulawesi Tengah Dedi Yudha Lesmana ST, MT kepada koran berita Alasannews.com mengatakan pasca gempa dan setelah dilakukan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Daerah Irigasi Gumbasa akan beri dampak sebagai penyangga stabilitas pangan dan kemakmuran bagi petani di lembah Palu.
"Dan justru yang perlu di kembangkan yakni pemberdayaan petani ditingkatkan melalui P3A, atau GP3A untuk memberikan ilmu pengetahuan kepada petani dalam memanfaatkan dan mengoptimalkan Daerah Irigasi Gumbasa dengan kondisi jaringan yang sudah Bagus" kata Kepala BWSS III Sulteng Dedi Yudha Lesmana ST, MT kepada koran berita Alasannews.com lewat pesan WhatApp Sabtu (20/01/2024)
Daerah Irigasi Gumbasa menurut Dedi membutuhkan supply air yang pasti ditambah dengan teknologi-teknologi pertanian melalui pembinaan melalui Kementerian maupun Dinas Pertanian dibantu BWSS dalam rangka meningkatkan hasil panen dan intensitas tanaman.
PPK Irigasi dan Rawa II, Dwi Cahyo Romadhoni, ST.,MT
kepada koran berita Alasannews.com mengatakan dari 8.180 hektar saat ini lahan yang berfungsi sekitar 5.800 hektar lebih, dan itupun banyak lahan alih fungsi jadi permukiman, bahkan ada yang telah tidak terkelola karena telah dijual pemiliknya. Bukan hanya itu debet air pun ikut berkurang diduga terjadi perambahan hutan dihulu sungai mengingat irigasi gumbasa merupakan sumber utama pemasok air lahan sawah pertanian di Lembah Palu yakni kabupaten Sigi dan Kota Palu Sulawesi Tengah
Dijelaskan saat terjadi gempa likuefaksi berdampak bagi wilayah Kabupaten Sigi DI Gumbasa ikut kena dampak total sekitar 50% mengalami kerusakan dan sudah dilakukan perbaikan dan tahun 2024 dijadwalkan sudah selesai siap berfungsi mengairi sawah petani di wilayah lembah Palu.
"Ada sekitar 5.800 hektare lahan potensial pertanian diwilayah ini pasca bencana gempa bumi, likuefaksi dan tsunami 2018 mengalami kekeringan akibat kerusakan irigasi gumbasa" kata PPK Irigasi dan Rawa II, Dwi Cahyo Romadhoni, ST.,MT kepada koran berita Alasannews.com belum lama ini saat melihat dari dekat DI Gumbasa yang rencananya tahun 2024 ini sudah bisa difungsikan kembali
Menurut Dwi Cahyo Romadhoni, pasca terjadi bencana, dengan terjadinya kerusakan pemerintah pusat Kementerian PUPR melalui dana Rehabilitasi dan Rekonstruksi Daerah Irigasi Gumbasa. Luas sawah fungsional Gumbasa
sebelum gempa bumi 2018 adalah seluas 5.800 Ha. Bencana Gempa Bumi 2018 yang meluluhlantakan jaringan irigasi
Gumbasa sehingga megalami rusak berat.
Pada tahun 2019 melalui dana APBN, dilakukan rehabilitasi jaringan irigasi
Gumbasa dari BGKn. 1 hingga BGKn. 7.
Pada tahun 2020 oleh Kementerian PUPR melaksanakan studi perencanaan desain rehabilitasi dan rekonstruksi Daerah Irigasi
Gumbasa, terutama karena jaringan Gumbasa melalui 3 lokasi likuefaksi, yaitu Likuefaksi Sibalaya, likuefaksi Jono
Oge, dan likuefaksi Petobo.
Mulai tahun 2021 rehabilitasi dan rekonstruksi Daerah Irigasi Gumbasa dilanjutkan
dengan kegiatan konstruksi dengan sumber dana dari ADB dan JICA.
Kegiatan rehabilitasi Daerah Irigasi Gumbasa
yaitu rehabilitasi bendung dan jaringan irigasi primer sepanjang 27 km. Saat ini bendung dan jaringan primer hingga
BGKn 42 telah selesai direhabilitasi dan ditargetkan pada tahun 2024 seluruh ruas jaringan Daerah Irigasi Gumbasa sudan berfungsi.
Kegiatan rehabilitasi Daerah Irigasi Gumbasa
yaitu rehabilitasi bendung dan jaringan irigasi primer sepanjang 27 km. Saat ini bendung dan jaringan primer hingga
BGKn 42 telah selesai direhabilitasi dan ditargetkan pada tahun 2024 seluruh ruas jaringan Daerah Irigasi Gumbasa
dapat dituntaskan sehingga dapat dipergunakan kembali untuk aktivitas pertanian.
Rehabilitasi dilakukan masing-masing bendung dan
kawasan intake Gumbasa dibiayai dana Loan Asian Development Bank (ADB)
Rp 97.886.213.000,-Kemudian rehabilitasi jaringan
irigasi
BGKn 7–BGKn 54
dibiayai dana loan Asian Development
Bank (ADB) Rp855.600.259.000,-
Rehabilitasi Jaringan
Irigasi
BGKn 54–BGKn 59
Loan JICA
Rp 90.965.996.000
Pengamat Ekonomi Bisnis Universitas Tadulako (Untad) Palu M Ahlis Djirimu Ph.D mengatakan irigasi Gumbasa dapat melayani kira-kira 8 ribu Hektar. Pasca bencana 28 September 2018, irigasi ini hanya mampu mengairi sekitar 1000 Hektar. Irigasi ini berada di sisi hulu dapat menyangga pangan. Selain itu, pada sisi hilir dapat menjadi stabilisator otomatis atas harga kebutuhan pokok yang pada gilirannya dapat mengerem laju kenaikan harga yang dapat menggerus daya beli masyarakat maupun petani dilembah Palu (Kabupaten Sigi dan Kota Palu).
"Sigi merupakan lumbung pangan Sulteng. Pipanisasi irigasi yang dapat layani 7000 hektar menjadi solusi" kata M Ahlis Djirimu Ph.D. Lektor Kepala Fekon Bisnis Universitas Tadulako (Untad) Palu kepada koran berita Alasannews.com Sabtu (20/01/2024) lewat pesan WhatsApp.
Menurut Ahlis Djirimu kebijakan konservasi di sumber air di hulu akan sangat berguna tidak hanya pada petani semata, tetapi masyarakat sepanjang daerah aliran sungai dan wilayah lembah Palu dapat menjadi kegiatan pemberdayaan masyarakat seperti yang dijalankan oleh pemkab Sigi dan organisasi masyarakat sipil.
Daerah Irigasi (DI) Gumbasa yang dibangun pada tahun 1931 mulanya hanya berupa free intake dengan suplai air dari Sungai Gumbasa, kemudian oleh Departemen PU dibangun menjadi bendung permanen pada tahun 1976. Namun untuk pengembangan areal persawahan saat itu tidak sesuai rencana desain awal karena sebahagian besar lahan merupakan daerah perkotaan dan permukiman termasuk yang saat ini menjadi Bandara Mutiara SIS Aldjufri Palu.
Red : Gugun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar