Jakarta, ALASANnews.com.-Berikut komentar Ibu Agung atau yang akrab disapa Bunda Ratu terkait pakaian yang digunakan Hj. Iriana Jokowi (Ibu Negara) pada perayaan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia Ke-78
" Pakaian Adat Bali yang sesungguhnya bukan seperti yang dipakai oleh Ibu Negara (Hj. Iriana Joko Widodo). Yang digunakan beliau adalah pakaian tari, karena pakaian Adat Bali seharusnya Kebaya, Selendang yang diikat dipinggang dan pakai kain. Sedangkan yang dipakai oleh Ibu Iriana itu adalah busana Tarian Legong. " Jelas I Gusti Ayu Putu Sriadi yang akrab disapa Ibu Agung atau Bunda Ratu kepada awak media di Jakarta, Minggu (20/8/2023)
Sebagai informasi Legong merupakan sekelompok tarian klasik Bali yang memiliki pembendaharaan gerak yang sangat kompleks yang terikat dengan struktur tabuh pengiring yang konon merupakan pengaruh dari gambuh. Kata Legong berasal dari kata "leg" yang artinya gerak tari yang luwes atau lentur dan "gong" yang artinya gamelan. "Legong" dengan demikian mengandung arti gerak tari yang terikat (terutama aksentuasinya) oleh gamelan yang mengiringinya. Gamelan yang dipakai mengiringi tari legong dinamakan Gamelan Semar Pagulingan.
Legong dikembangkan di keraton-keraton Bali pada abad ke-19 paruh kedua. Konon idenya diawali dari seorang pangeran dari Sukawati yang dalam keadaan sakit keras bermimpi melihat dua gadis menari dengan lemah gemulai diiringi oleh gamelan yang indah. Ketika sang pangeran pulih dari sakitnya, mimpinya itu dituangkan dalam repertoar tarian dengan gamelan lengkap.
Sesuai dengan awal mulanya, penari legong yang baku adalah dua orang gadis yang belum mendapat menstruasi, ditarikan di bawah sinar bulan purnama di halaman keraton. Kedua penari ini, disebut legong, selalu dilengkapi dengan kipas sebagai alat bantu. Pada beberapa tari legong terdapat seorang penari tambahan, disebut condong, yang tidak dilengkapi dengan kipas.
Struktur tarinya pada umumnya terdiri dari papeson, pangawak, pengecet, dan pakaad.
Dalam perkembangan zaman, legong sempat kehilangan popularitas di awal abad ke-20 oleh maraknya bentuk tari kebyar dari bagian utara Bali. Usaha-usaha revitalisasi baru dimulai sejak akhir tahun 1960-an, dengan menggali kembali dokumen lama untuk rekonstruksi
Lipsus: Jal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar