Jakarta , Alasannews.com - Aksi yang terjadi di negara-negara Nordik akhir-akhir ini merupakan bentuk provokasi berbasis İslamofobia. Baik pemerintah maupun oknum masyarakatnya gagal memahami atau mengalami logical fallacy yang menumpangtindihkan kebebasan berekspresi dengan penistaan agama, tidak menghormati hak orang lain untuk beragama, abai terhadap kohesi sosial, dan mementingkan kepentingan diri yang mereka anggap kepentingan nasional.
Tidak dapat dipungkiri bahwa negara-negara Eropa yang selalu memasarkan demokrasi, hak asasi manusia, kebebasan berekspresi, dan multikulturalisme adalah negara-negara yang paling banyak catatan memalukan terkait apa yang mereka promosikan sendiri.
Koordinator Presidium Gerakan Nasional Anti Islamofobia (GNAI )"Abdulah Alkatiri, mengutuk perbuatan pembakaran tersebut karena tindakan seperti ini tidak bisa dianggap sebagai angin lalu. Perilaku islamofobik harus dihentikan. Karena, berangsur-angsur dapat menimbulkan agitasi sosial dalam skala global jika terus-menerus dilakukan," ujarnya. ( 06/08/20123)
Utamanya berhadapan kembali antara İslam dan Barat, yang selama ini coba dijembatani dengan berbagai macam upaya, baik dialog konstruktif maupun kerjasama antar lembaga. Pemerintah harus tegas menyuarakan kemungkinan laten ini, untuk mencegah benturan peradaban.
Umat Muslim harus tetap sabar dan menahan diri dari melakukan hal-hal yang tidak produktif.
Penistaan harus dibalas dengan karya yang membanggakan. Tidak dibenarkan apabila membalas dengan tindakan kekerasan. Umat Islam harus kuat, dan menambah kekuatannya, sehingga kita mampu mengontrol perilaku negara lain yang senang menista agama dengan dalih kebebasan berekspresi. Sesungguhnya pengadilan hanya milik Allah. Dan kita yakin, keadilan-Nya akan ditegakkan di atas dunia ini pungkas Alkatiri di akhir wawancara.
Source :Anna
Editor : Gugun
