Ketapang KALBAR , Alasannews.com - Sekda Ketapang hadiri Ritual Adat Meruba pencucian pusaka raja hulu aik, di laman Sengkuang, Desa Benua Krio Kecamatan Hulu Sungai.
"Sekda menyampaikan, acara Meruba beberapa tahun terakhir ini difasilitasi oleh pemerintah daerah melalui APBD, sebab saya menilai kegiatan ini semakin tahun semakin meningkat dan baik, hanya saja tempat raja hulu aik bukanlah istana, bukanlah kraton, melain hanya sekedar rumah yang biasa-biasa saja dan bersahaja, serta raja hulu aik bukanlah raja kekuasaan, bukan pula raja politik, melain raja Adat", ujarnya.
"Tugas dan amanat Raja hulu aik adalah merawat menjaga, memelihara pusaka raja hulu aik, yakni Bosi Kuling tungkat rakyat, ini sebagai bukti dari seorang raja bahwa ia punya pusaka, kalau sekedar istana bisa dibangun, tetapi belum tentu jadi seorang raja kalau tidak ada pusaka, boleh saja diantaranya mengaku raja, tetapi jika tidak memiliki pusaka, itu belum bisa dikatagorikan raja", ungkapnya.
"Saya bercerita soal sejarah, agar semua orang tau dan mengenal ciri khas kerajaan di Kabupaten Ketapang, sebagai salah satu contohnya sejarah raja hulu aik, yang sekarang wilayahnya, yaitu Laman sembilan Domong Sepuluh, yang dulunya nama Desa Sembilan, akan tetapi stelah musyawarah adat namanya digantikan Laman Sembilan, yang mencangkup wilayah adatnya yaitu, Desa Darat pantai kapuas, Labai Lawai, Simpang Sekayoq, Laur Jokak, Biak Krio, Kayong Gerunggang, Pesaguan Sekayoq, Kendawangan Seakaran, sebagian Kalteng", ujarnya Sekda kembali.
"Mengkisahkan raja Siak Bahulun merupakan raja pertama, yang mempunyai 7 orang anak, dari tujuh ruas betung yang paling terkenal, putri Dayak Putong dan putri Junjung Buih, berdasarkan ceritanya menikah dengan Prabu Wijaya dari Majapahit, dan melahirkan raja-raja Tanjung Pura kuno, kemudian ratusan tahun lamanya kerajaan Majapahit runtuh oleh kerajaan Demak, akhirnya kerajaan Majapahit kuno, menjadi kerajaan Islam, dan masih banyak lagi kisah lainnya", pungkasnya.
Teguh
Editor : Gugun