Penulis: Jacob Ereste
Tiga Profesor Yudi Latif, Indria Susan Kartabumi dan Yudhie Haryono, menyambangi Sekretariat GMRI dan Posko Negarawan, Senin, 15 Mei 2023 dalam acara makan siang dengan lauk khas Ayam Ancuur, sate bumbu kacang mete dan wedang wuh sambil ngobrol kondisi dan situasi Indonesia termutakhir.
Kondisi dan situasi Pilpres (Pemilihan Presiden) sekarang ini , kata Sri Eko Sriyanto Galgendu masih tergantung pada dirigen yang memandu orkestra Pemilu, termasuk pemilihan calon legislatif.
Yudi Latif justru ingin mengusulkan dekrit saja agar tidak rame. Sebab siapapun nakhodanya negara ini selanjutnya sungguh berat. Karena itu, TNI harus lebih progresif mengambil langkah seperti yang diungkap Pangdam Siliwangi itu, kata Yudi Latif mengisyaratkan gagasan dan pemikirannya untuk mengatasi masalah negara kita.
Menurut Yudhie Haryono, sebagai elite oposisi, para aktivis tidak mungkin bisa mempengaruhi konglomerasi yang menentukan peta Pilpres termasuk Pileg di Indonesia. Realitasnya ketua partai besar sendiri terbukti tidak memiliki hak menentukan kandidat calon Presiden.
Sedangkan Sri Eko Sriyanto Galgendu memetakan basis kekuatan riil yang menentukan dalam Pilpres dan Pileg bisa dipetakan dalam bentuk intelektual, kapital dan massa. Inilah yang sangat menentukan bargaining position, ungkap Yudhie Haryono yang diamini Prof. Indria Santi Kertabumi dan Sri Eko Sriyanto Galgendu.
Asumsi kekuatan massa itu berada dalam wilayah partai politik. Sementara posisi GMRI dan Forum Negarawan, setidaknya harus dimiliki minimal 30 persen dari setiap kekuatan yang harus ada. Begitulah peta politik Indonesia hari ini dalam telaah sekilas Forum Negarawan yang berakhir menjelang petabg di Sekretariat Jl. Juanda No. 4 Jakarta Pusat.
Pecenongan, 15 Mei 2023
Tidak ada komentar:
Posting Komentar