PALU- Buku biografi "Mellete Diatonganan, Inspirasi Dari Tanah Mandar" menulis pengalaman dan visi Irjen Pol Dr Eko Budi Sampurno M.Si lulusan terbaik rangking dua Akpol tahun 1989 yang saat ini menjabat Waka Lemdiklat Polri. Buku ini lebih kepada saat menjabat sebagai Kasatwil (Kapolda) Sulbar.
A ada banyak buah-buah pikiran jenderal bintang dua ini disebut jenderal inspirasi guna menata perubahan dimulai mindset dan culture set di internal Polda Sulbar guna wujudkan Polri Presisi dan itu nyata.
Keberhasilan menata Polda Sulbar membuat Irjen Dr Eko Budi Sampurno M.Si meraih penghargaan atas terobosan yang dilakukan.
Penghargaan diraih saat itu yakni Kak Seto Award 2021, Rekor MURI sebagai Polda Pertama Pembuat Aplikasi Layanan Masyarakat Berbasis Jurnalisme Warganet, dan Penghargaan Polis Award 2021.
Begitupun survei yang dilakukan Charta Politika periode Oktober 2021 terkait tingkat kepuasan publik terhadap kinerja kepolisian dari berbagai sektor, Polda Sulawesi Barat menempati peringkat pertama nasional pada dimensi penegakan hukum.
Dimensi kepuasan penegakan hukum, Charta Politika menempatkan Polda Sulbar pada peringkat pertama sebagai polda dengan pelayanan hukum terbaik dengan tingkat kepuasan publik mencapai 70,3 persen.
Buku biografi Mellete Diatonganan Inspirasi Dari Tanah Mandar ini diterbitkan oleh PT Suara Harapan Baru (SHB) Jakarta Maret tahun 2022 dengan jumlah 232 halaman merupakan buku kedua ditulis oleh Elkana Lengkong wartawan senior dan penulis buku.
Sebelumnya Elkana Lengkong juga telah terbitkan buku pertama , dengan judul "Tangan Dingin Jenderal, Poso Damai" yang menulis pengalaman Jenderal Badrodin Haiti saat jabat Kapolda Sulteng mengamankan Poso dari konflik dan aksi teroris. Buku ini diterbitkan oleh PT Pustaka Sinar Harapan Jakarta dengan jumlah halaman 232 tahun 2008.
Buku biografi Mellete Diatonganan Inspirasi dari Tanah Mandar ini, untuk sementara dicetak terbatas, dan isi buku sangat bermanfaat bagi generaai milenia maupun para taruna Akpol, Secapa, maupun Sespim dan Sespimti. Sebagai bekal calon pemimpin Kasatwil masa depan di institusi Polri. Sebagai pemimpin bagaimana memberi arahan, agar tercipta profesional polri yang Presisi dengan merubah mindset dan culture set dan itu telah tercipta di Polda Sulbar.
Salah satu Bab buku biografi ini menulis Tongkat Komando Dekatkan Irjen Eko sebagai Kasatwil Dengan Rakyat Sulbar
Tongkat komando adalah alat yang digunakan sebagai simbol jabatan kewilayahan dan kesatuan di lingkungan militer, kepolisian, dan kejaksaan. Alat yang kebanyakan terbuat dari kayu ini biasanya menjadi bagian dari upacara serah-terima jabatan. Umumnya, pemegang tongkat komando adalah pejabat yang memimpin wilayah
Tongkat pada dasarnya adalah simbol kekuasaan dan kejayaan. Kata "simbol" berasal dari "symballo" dalam bahasa Yunani, yang artinya melempar bersama-sama.
Namun Tongkat Komando itu justru bisa sebagai simbol perekat interaksi sosial baik ke dalam maupun dengan masyarakat menjadi tidak terbatasi. Dan itu sebagai semangat lebih mengedepankan sosok polisi yang lebih ‘civilize’ daripada sebelumnya.
Irjen Pol Dr Eko Budi Sampurno M.Si menyebut tongkat komando yang dijadikan simbol jabatan satuan ke wilayahan Polri dari pemimpin paling atas hingga ditingkat Polres tapi juga dijadikan bagian dari mendekatkan kesatuan dengan masyarakat. Dan ini juga menunjukan bahwa kesatuan itu memberi rasa aman serta melayani dan mengayomi karena mereka juga bagian dari masyarakat.
Tongkat komando ditangan pemimpin termasuk pimpinan Polri itu sebaiknya juga simbol menjadikan Polri sebagai bagian dari rakyat dan selalu dekat dengan rakyat bukan justru menakutkan jika berada di tengah rakyat
Saat menjabat Kasatwil Polda Sulbar , Irjen Eko telah memberikan kesan baik bahwa tongkat komando ditangannya merupakan suatu amanah bukan hanya tegas dalam tugas namun harus lebih humanis dan merakyat. Mengapa ? Saat ini dunia sudah memasuki perubahan
Setiap Kasatwil dari jenjang atas hingga Kapolres harusnya hilangkan sifat arogansi namun menjadikan institusi Polri sebagai sahabat rakyat sehingga citra Kepolisian tidak lagi terkesan menakutkan namun lebih humanis saat melayani masyarakat. Dan sebagai pemegang tongkat komando Polda Sulbar Irjen Eko sangat tegas dalam menata profesional internal Polda Sulbar menjadi kultur Polri yang Presisi, intergritas untuk mengayomi masyarakat. Disisi lain sebagai pemegang tongkat komando Irjen Eko lakukan pendekatan humanis baik dengan kalangan pejabat pemerintah daerah, tokoh politik, pemuka agama, generasi mudah bahkan masyarakat kecil. Dan ibarat tongkat komando itu sebagai sebuah Personal approach (pendekatan) dan membuahkan hasil tecipta Kamtibmas kondusif.
Polri dalam perubahan terutama di internal agar lebih humanis artinya tegas dalam bertindak, humanis menjadi pengayom dalam melayani masyarakat . Sebab profesionalisme bagi aparat kepolisian adalah sebuah syarat utama yang tidak bisa ditawar-tawar karena tugas-tugas kepolisian adalah tugas-tugas profesional yang pada intinya adalah to serve (melayani) dan to protect (melindungi) yaitu tugas-tugas yang berkenaan dengan kenyamanan dan ketentaraman hidup baik secara pribadi masyarakat
Buah pikiran Kapolda Sulbar Irjen Eko bahwa tongkat komando itu lebih meyakinkan masyarakat bahwa Polri bekerja secara profesional tegas .
Berbagai kejadian akhir ini melibatkan oknum Polri yang berbuat hal tidak terpuji dan menjadi sorotan masyarakat membuat dirinya sangat prihatin. Eko mengapresiasi sikap tegas Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo adengan akan memotong 'kepala' jika pimpinan Polri,Kapolda maupun Kapolres tidak bisa membersihkan 'ekor'. Pernyataan itu tegas terhadap siapa saja anggota Polri yang tidak amanah dan tidak menjaga integritasnya .Ini berbicara soal amanah yang harusnya dijaga.
Profesi polisi haruslah jadi panutan alam artian bahwa sebagai profesi dibutuhkan upaya pemolisian profesi, karena polisi merupakan suatu pekerjaan yang memiliki status sosial yang tinggi dan bergengsi. Seorang polisi yang profesionalisme digambarkan sebagai seorang ahli yang memiliki pengetahuan khusus dalam suatu bidang tertentu yang dianggap penting dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, profesionalisme bagi Polisi sangat penting untuk ditingkatkan dan dimantapkan dalam rangka mewujudkan harapan masyarakat terhadap sosok-sosok polisi yang ideal.
Prof Albert John Reiss Jr. Sosiolog dan Kriminolog William Graham Sumner Universitas Yale US Amerika bahwa profesi pada dasarnya memiliki karakteristik yang tidak cukup dicerminkan melalui penguasaan pengetahuan, akan tetapi juga dipengaruhi pada hubungan pelaku profesi dan kliennya yang merupakan konsep inti (core conception) suatu profesi. Oleh karena itu, berdasarkan pada hubungan pelaku profesi dan kliennya, Prof Albert Jhon Reiss Jr mengatakan bahwa berbagai pekerjaan yang benar-benar berkualitas profesi yaitu seperti hukum, dokter, dan polisi. sedangkan yang lainnya hanyalah berupa status.
Sementara A. Dale Timple mengartikan Kepemimpinan adalah proses pengaruh sosial di dalam mana manajer mencari keikutsertaan sukarela dari bawahan dalam usaha mencapai tujuan organisasi. Dengan kepemimpinan yang dilakukan seorang pemimpin juga menggambarkan arah dan tujuan yang akan dicapai dari sebuah organisasi. Sehingga dapat dikatakan kepemimpinan sangat berpengaruh bagi nama besar organisasi. Kepemimpinan lahir dari proses internal (leadership from the inside out). Tongkat komando sebagai simbol kepemimpinan yang diamanahkan kepada Jenderal Eko inilah yang membuat dirinya disegani dan disukai masyarakat Sulbar.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar