"Ini menjadi momen penting untuk mengenang perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan. Hari Artileri juga menjadi pengingat bagaimana peran sekaligus perkembangan persenjataan artileri di Indonesia. "Ujar Stevanus Steven Wijaya kepada wartawan di Jakarta, Minggu (4/12)
Stevanus Steven Wijaya mengutip buku Abdul Haris Nasution berjudul Dalam Bisikan Nurani Seorang Jenderal dijelaskan penggunaan senjata artileri di Indonesia sendiri dimulai dari masa penjajahan Belanda terus berlanjut hingga masa penjajahan Jepang. Namun saat Jepang menyerahkan diri pada 16 Agustus 1945, para pemuda Indonesia langsung mengambil alih persenjataan artileri milik Jepang.
"Adalah Sadikin—setelah tak jadi sersan KNIL—bekerja sebagai sersan mayor di Heiho (pembantu tentara) di Artileri Pertahanan Udara Tentara Kekaisaran Jepang. Dia pernah bertugas di Jakarta. "Ujar Stevanus
“Begitu mendengar berita penyerahan diri Jepang pada 16 Agustus 1945 malam, Sadikin bersama kawan-kawannya mengambil-alih kekuasaan atas sarana artileri sambil menyatakan dukungannya sebagai Indonesia yang baru,” lanjut Stevanus.
"Sadikin belakangan tak berkarier di artileri TNI. Dia pernah memimpin resimen infanteri sebelum jadi Panglima Divisi Siliwangi. Jika benar kisah Sadikin versi Nasution itu, maka 16 Agustus 1945, yang mendahului Proklamasi Indonesia, cukup layak dijadikan hari artileri Indonesia. Mirip Marinir Amerika (1775) yang lebih tua dari negaranya (1776). "Tandas Stevanus
"Setelah Indonesia merdeka, tepat pada tanggal 5 Oktober 1945, dibentuklah Tentara Nasional Indonesia (TNI). Meski meriam-meriam Jepang telah dikuasai, namun saat itu masih banyak pemuda yang kurang terlatih menggunakannya. "Ulas Stevanus
"Padahal di waktu yang sama, pasukan sekutu mulai berdatangan ke Indonesia. Mereka datang untuk mengambil alih wilayah kekuasaan Jepang yang saat itu kalah dalam Perang Dunia II. "Pungkas Stevanus
Lipsus: Jal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar