Notification

×

Iklan

 


Iklan

 


Indeks Berita

Tag Terpopuler

KPN TALAGA SULAWESI TENGAH, KEMUNGKINAN TERKENDALA DI STANDARISASI DAN EFISIENSI

10/02/2022 | 10:37 WIB | 0 Views Last Updated 2022-10-02T03:37:04Z



Oleh Hasanuddin Atjo 

Pengembangan Kawasan Pangan Nusantara, KPN Talaga Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah  nenurut beberapa pemerhati layak diapresiasi, terlepas dari plus dan minus desain pengembangannya. 

Pasalnya, hanya Sulawesi Tengah yang mendorong wilayah, berada di ALKI II dan juga berhadapan IKN Baru, dijadikan KPN yang secara nasional populer disebut dengan istilah Food Estate yang kini sudah kalah populer dan digeser isu pesta demokrasi 2024. 

KPN, dinilai bisa menjadi levarage,    atau pengungkit  daya saing, jika saja desainnya dirancang secara komprehensif, mempertimbangkan syarat sebagai Food Estate yang notabene telah sukses di Negara Maju sebagai strategi membangun ketahanan dan keamanan pangan. 

Pertanyaannya kemudian apakah wilayah lainnya di ALKI II, seperti Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Gorontalo dan Sulawesi Utara tidak tertarik dengan program KPN yang menjadi andalan Pemerintah Pusat.

Selain itu apakah wilayah ini juga tidak manfaatkan keberadaan IKN yang  di rencanakan di akhir tahun 2024 secara resmi akan berpindah dari Jakarta  ke  Panajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur 

Pertanyaan ini, menarik didalami.  Hasil pengamatan memperlihatkan  bahwa wilayah tersebut lebih fokus meningkatkan daya saing komoditi pangan pada sentra  produksi yang sudah ada melalui modernisasi dan  cara baru sehingga terstandarisasi dan bisa bersaing. 

Juga , secara paralel diprogramkan  peningkatan infrastruktur jalan, air bersih, listrik, kawasan industri dan pelabuhan laut maupun pelabuhan udara yang secara akumulatif akan meningkatkan efisiensi menunjang peningkatan daya saing. 

Kasus pasokan pangan di Morowali maupun Morowali utara, memenuhi  kebutuhan pekerja tambang dan masyarakat umumnya dipasok dari Jawa Timur atau Sulawesi Selatan. Ini karena, wilayah tersebut mampu memenuhi standar permintaan dan harga yang bersaing. 

Beberapa waktu yang lalu sempat mengulas bahwa Sulawesi Tengah bisa menjadi “penyannga pangan” bagi IKN dan sekaligus “jembatan penghubung”  antara wilayah timur dengan IKN  melalui integrasi Tol darat Kasimbar-Tambu dengan Tol laut yang sudah ada. 

Persoalan mendasar bahwa syarat sebagai KPN, Haris tersedia areal mimimal seluas 20.000 ha dengan tingkat elevasi lahan terkoreksi. Sementara KPN Talaga, tersedia areal sekitar 1000 ha yang akan mengkonversi kawasan hutan jadi kawasan produksi pangan dengan derajat elevasi kurang menunjang. 

Disampaikan juga dalam artikel itu  sebaiknya wilayah Talaga menjadi Pusat akumulasi maupun  distribusi pangan dari wilayah Timur, Selatan dan Utara Sulawesi Tengah dan nantinya bisa mengambil peran KEK Palu, fokus pada industrialisasi  pangan. 

Karena itu peningkatan daya saing komoditi Pangan di sentra produksi yang sudah ada seperti di Parigi Moutong, Poso, Tolitoli, Buol, Sigi dan Donggala, melalui perbaikan inovasi produksi, infrastruktur dan peningkatan kapasitas SDM harus menjadi prioritas. 

Kerjasama Provinsi dan Kabupaten Kota harus terus dibangun, karena Provinsi berdasarksn UU Otonomi tidak memiliki wilayah, tapi memiliki kewenangan sebagai dan srbagai wakil dari Pemetintah Pusat. 

Desain dan Rencana Aksi dari KPN Talaga, sebagai bagian dari desain penyangga pangan bagi IKN  baru belum terlambat disempurnakan, agar project yang strategis ini lebih mengedepankan aspek outcome daripada output. Filosofi “Kereta Kuda” dalam membangun daerah ini menjadi bagian yang strategis 
SEMOGA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

×
Berita Terbaru Update