ALASAN, Jakarta--
Bertempat di Auditorium Margasiswa di Jl. Samratulangi Jakarta Pusat, Rabu (31/8/2022) Tri Natalia Urada sebagai ketua terpilih Presidium Pusat Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (MKRI) periode 2022-2024 menyampaikan sambutan dengan penuh wibawa berikut pidatonya:
Salam Sejahtera bagi kita semua Shalom Asalamualaikum wr wb Om Swastyastu Namo Buddhya Salam kebajikan
Yang saya hormati, Romo Hans Jeharut Pr Sekretaris Eksekutif Komisi Kerawam KWI Pastor Moderator Romo Seyto Wibowo, Dewan Pertimbangan, Anggota Penyatu, Teman-teman OKP Cipayung Plus, Ormas Katolik, Komunitas, teman-teman PMKRI Se-DkiJakarta, Pmkri Bogor,Pmkri Bandung dan juga ada Pmkri Pontianak ynag hadir disini, Ketua Presidium Demisioner dan segenap keluarga besar PMKRI se Indonesia dan serta tamu undangan.
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah waktu dan kesehatan, sehingga hari ini kita bisa berkumpul bersama di ruang yang sangat bersejarah ini: Margasiswa I PMKRI. Hari ini saya akan menyampaikan pidato pengukuhan sebagai Mandataris MPA/Formatur Tunggal/Ketua Presidium PP PMKRI Periode 2022-2024.
Hadirin yang saya hormati. Abad ini, dalam tata dunia baru, disebutkan sebagai abad Asia—Asian Century. Hal ini tidak berarti seluruh negara Asia menjadi makmur dan sejahtera. Abad Asia lebih diartikan sebagai kecenderungan arus modal, investasi, dan perdagangan terkonsentrasi di kawasan Asia, khususnya Asia Timur. China menjadi penggerak ekonomi lintas kawasan yang membuat arus perputaran ekonomi di sekitar Pasifik menguat. dengan menguatnya ekonomi di kawasan-kawasan yang telah terintegrasi ke zona ekonomi Pasifik.
Dengan tren ekonomi global ini, maka Indonesia harus memiliki kebijakan strategis untuk menjadi kekuatan kawasan. Posisi dan peran strategis Indonesia harus selalu diperjuangkan melalui ragam jurus ekonomi, politik, dan pertahanan yang terpadu dan terpandu, diarahkan seluruhnya oleh kepentingan nasional jangka panjang. Karena itu, diplomasi politik, diplomasi ekonomi, dan diplomasi keamanan harus digencarkan dari satu pusat analisis dan pusat komando. Ketiganya menjadi komponen penting aksi geopolitik Indonesia, sehingga Asia Timur kelak berubah menjadi kawasan ekonomi-politik dan pertahanan-nya Indonesia superpower.
Absennya geopolitik Indonesia, berarti pembangunan nasional ditentukan dan diarahkan oleh kekuatan geopolitik dunia, dengan risiko yang selalu berulang dan kerentanan menjadi permanen, sebagaimana tercermin dalam ekonomi makro dari periode ke periode pemerintahan.
PMKRI sebagai organisasi perjuangan, sejak lahir pertama kali di Yogyakarta pada 25 Mei 1947 telah dengan sunguh-sungguh dan konsisten mempertahankan dan mengisi kemerdekaan ini dengan karya-karya yang luar biasa. Hal ini bisa terlihat dari keterlibatan aktif beberapa tokoh-tokoh besar PMKRI. Di antaranya, Bapak Cosmas Batubara yang pada masanya pernah menjadi Ketua Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI). Melalui KAMI ia ikut terlibat berdemonstrasi pada tahun 1966 menuntut pembubaran PKI bersama elemen mahasiswa lainnya. Semasa pemerintahan Orde Baru, pernah duduk sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR-GR), anggota DPR tahun 1971, Menteri Muda Urusan Perumahan Rakyat tahun 1978, Menteri Negara Perumahan Rakyat tahun 1983, Menteri Tenaga Kerja tahun 1988, Presiden International Labour Organization (ILO) atau badan PBB yang merupakan organisasi buruh internasional di bawah naungan PBB tahun 1991. Hal yang juga paling akrab tentangya adalah figur yang dikenal sebagai pencetus pembangunan rumah susun semasa menjabat sebagai menteri muda urusan perumahan rakyat tahun 1978.
Juga ada Bapak Anton Moeliono. Ia adalah ahli bahasa Indonesia, pernah menjadi Kepala Pusat Bahasa tahun 1984-1989, sekaligus penerima penghargaan Bintang Ksatria Ordo Gregorius Magnus Agung dari Vatikan tahun 1993. Salah satu catatan penting tentangnya yakni semasa menjabat sebagai kepala pusat bahasa, ia berhasil menerbitkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tahun 1988.
Atau Bapak Chris Siner Key Timu, salah satu tokoh yang menandatangani Petisi 50 bersama 49 tokoh lainnya yang mengkritik kebijakan Soeharto terkait penggunaan Pancasila sebagai alat pembungkaman kritik terhadap lawan politiknya saat itu. Tentu masih begitu banyak tokoh-tokoh PMKRI lainnya yang tersebar di seluruh nusantara dan menjaga Indonesia dengan cara-caranya masing-masing. Namun, saya hanya ingin mengingatkan kita semua bahwa PMKRI, sejak berdiri hingga kini dan nanti dalam gerak sejarah bangsa ini, tidak pernah diam, tetapi akan terus berkarya dengan melakukan banyak hal bagi kemajuan bangsa ini.
Mereka adalah tokoh-tokoh bangsa yang punya perhatian dalam ragam isu kebangsaan. Satu hal yang pasti, mereka memilih menunjukkan keberpihakan pada kebaikan dan kebenaran. Karena itu, refleksi penting untuk PMKRI saat ini adalah upaya kembali menjaga marwah spiritual organisasi yang sebetulnya telah menelurkan figur-figur handal untuk negeri ini. Regenerasi mesti membawa serta spiritulitas keberpihakan, bertolak dari nilai-nilai injili, yakni opsi menggaungkan suara dari mereka yang tak bersuara, the voice of the voiceless.
Jabatan Ketua Presidum ini telah melalui jalan panjang yang melibatkan begitu banyak individu dan kerja kolektif. Kepada mereka, saya ucapan terima kasih yang tak terhingga saya sampaikan
Akhirnya, syukur tak terhingga kepada Tuhan Yang Maha Kuasa: kehendak-Mu jadilah!!!
Tangguh dan berdaya.
Lipsus: Jalal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar