POSO -- Kota Poso di Sulawesi Tengah, memasuki usia 127 tahun (1 Maret) suka duka sebagai kota maupun kabupaten berjuluk Sintuvu Maroso itu, terus berbenah.
Saya terakhir kali menginjakkan kaki di bumi Sintuvu pada saat aksi komplik berbau SARA pertama Poso tahun 1998. Ketika itu saya dan beberapa rekan bertugas meliput langsung peristiwa memilukan tersebut.
Saya dan teman seprofesi waktu nginap di Hotel Wisata--Milik Pemda Poso--tak banyak kami bisa liput karena situasi sedikit mencekam ketika itu.
Kebetulan saat peristiwa bersamaan bukan ramadhan. Kami pun di penginapan tanpa kawalan bahkan karyawan hotel pun ikut mengungsi bersama keluarganya.
Praktis, kami di hotel itu tanpa pelayanan. Kami hanya diberi tahu ruang dapur dan gudang serta kunci kamar yang kami tempati.
Beberapa hari di sana, situasi yang sangat kami tak lupakan saat tiba waktu subuh.
Komplik saat itu selalu meledak saat sabun, dan sulit dihindarkan karena kelompok muslim saat usai subuh bergerombolan dan komplik meledak di jembatan Poso.
Tidak jauh dari jembatan, arah terminal itulah kawasan komplik pertama meledak dimana sejumlah rumah terbakar atau dibakar.
Aksi atau komplik saat itu masih berhasil diatasi aparat keamanan TNI dan Polri (ABRI). Praktis saat itu pemerintahan dan aktivitas warga terhenti.
Itu 1998. Kini Poso berbenah, dan dibawah kepemimpinan dr Verna Ingkiriwang sebagai Bupati, menatap masa depan lebih baik.
Tepat 1 Maret 2022, Kota Poso berusia 127 tahun. Ini menjadi tonggak sejarah, Poso merupakan salah kota tertua di Sulawesi Tengah.
Kabupaten Poso adalah salah satu kabupaten tertua di Provinsi Sulawesi Tengah yang beribukota di Kota Poso.
Luas wilayah daerah ini adalah 24.197 km. secara administratif daerah ini terbagi menjadi 13 Kecamatan. Secara admisinstratif, daerah ini terbagi menjadi 13 Kecamatan.
Daerah ini mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan antara lain di sektor perkebunan dengan komoditi utama yang dihasilkan berupa kakao, kelapa dalam, kopi arabika, kopi robusta, cengkeh, lada, dan jambu mete. Untuk kegiatan pertanian di daerah ini tanaman pangan masih menjadi andalan yang utama berupa padi, tanaman holtikultura, dan palawija.
Untuk sektor pariwisata, Pulau togean yang semakin ramai dikunjungi wisatawan mancanegara menjadi modal utama pengembangan wisata bahari, disamping itu terdapat festival Danau Poso yang pernah menjadi barometer perkembangan pariwisata.
Dari hasil pertanian ini berdampak besar juga terhadap perdagangan. Perdagangan menjadi tumpuan mata pencaharian penduduk setelah pertanian.
keberadaan infrastruktur berupa jalan darat yang memadai akan lebih memudahkan para pedagang untuk berinteraksi sehingga memperlancar baik arus barang maupun jasa, daerah ini juga telah terdapat Bandara Kasinguncudan Pelabuhan utama yaitu Pelabuhan Poso, serta terdapat berbagai sarana dan prasarana pendukung diantaranya sarana pembangkit tenaga listrik, air bersih, gas dan jaringan telekomunikasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar