Mandalika, alasannews -- Pakar Lingkungan Bidang Klimatologi Menilai Nujumuddin menilai, apa yang telah ditunjukkan pihak ITDC, yang mengundang pawang hujan saat gelaran MotoGP di sirkuit Mandalika, telah mencederai nama baik daerah, yang dikenal dengan pulau seribu masjid.
Pasalnya apa yang dipertontonkan oleh ITDC dengan membawa pawang hujan, bagian dari bentuk kesyirikan dan tak punya malu. Sebab kendati pawang hujan bereaksi untuk menghalau hujan gagal, malah sebaliknya hujan lebat disertai petir kian menggelegar.
"Niat ITDC itu salah, malah apa yang dipertontonkan ITDC telah membuat nama daerah di kancah internasional rusak," Katanya, Sabtu (26/3/2022).
Di samping gagal, bayaran yang diberikan sangat pantastis dan itu sama artinya dengan menghamburkan uang. "Kalau berhasil ia tak jadi masalah, tapi ini sudah tak becus malah dapat untung besar," Kesalnya.
Atas hal itu, sebagai pakar lingkungan bidang Klimatologi, perlu diketahui oleh pihak ITDC, pulau Lombok memiliki tiga bulan basah, pertama bulan basah yaitu bulan Januari atau bulan sembilan yang terkenal dengan musim jamur. Pada musim tumbuh jamur, hujan lebat dengan angin kencang. Banyak pohon tumbang di bulan ini dan sering penundaan pelayaran karena ombak yang tidak bersahabat.
Ke dua bulan Februari atau bulan sepuluh. Pada bulan ini terkenal dengan musim Nyale yang identik dengan turunnya hujan tiada henti. Penangkapan Nyale pada bulan Februari dinamakan Nyale Tunggak yang artinya Nyale awal yaitu pada hari yang ke dua puluh bulan purnama.
Dan yang terakhir, bulan Maret atau bulan sebelas. Pada bulan ini banyak turun hujan. Pada bulan Maret merupakan akhir musim penghujan dan terdapat musim keluarnya Nyale yang kedua atau Nyale poto pada hari yang ke dua puluh bulan purnama.
Seperti halnya dengan Nyale pertama, identik dengan turunnya hujan berturut-turut kisaran 3-5 hari.
Atas hal itu, pihaknya keheranan ketika pihak penyelenggara MotoGP mendatangkan pawang hujan, tujuannya untuk meniadakan hujan pada hari puncak MotoGP. Padahal di NTB terdapat BMKG ikut dibodohi dengan paham pawang hujan.
"Kita punya instansi yang mampu membaca cuaca, yakni BMKG, kenapa tidak itu saja yang diundang, jangan jangan ada niat busuk ITDC, di pulau seribu masjid ini," Tanyanya.
Nujum menambahkan, apa yang dipertontonkan pawang hujan itu adalah akal-akalan saja. Kalau memang seseorang bisa menghentikan hujan, undang dia di daerah-daerah yang rawan banjir sehingga tidak terjadi hujan.
Silakan undang si pawang hujan Rara itu agar tidak ada banjir dan erosi atau tanah longsor. Sehingga tidak perlu lagi ada pegawai kehutanan.
Menurutnya, pelaku persiapan MotoGP yang sering kelihatan ialah, menteri Erick Thohir, menteri Sandiaga Uno dan menteri Luhut Panjaitan. Hayo bapak-bapak itu masih saja percaya dengan pawang hujan ?.
Atas kejadian tersebut, pihaknya menilai Gubernur NTB Zulkiflimansah, lah yang paling bertanggung jawab dalam hal ini karena persiapan NTB sebagai tuan rumah MotoGP tidak mateng. Zul kelihatan sibuk tapi tidak terarah karena dia tidak menggunakan ahlinya mengkondisikan acara MotoGP
Lipsus: JAL
Tidak ada komentar:
Posting Komentar